Jumat, 02 Januari 2009

VARIASI INTRA POPULASI

  1. PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

Metode tradisional yang digunakan dalam taksonomi klasik adalah pengelompokan individu yang diperoleh dari suatu lokasi hanya berdasarkan persamaan dan perbedaan morfologi yang dimiliki oleh masing-masing individu tersebut. Sesungguhnya populasi dari kebanyakan hewan terdiri atas beberapa phena yang berbeda, sebagai hasil dari beberapa proses seperti variasi umur, variasi seksual, variasi musiman, polimorfisme dan sebagainya. Kegagalan mengenai variasi ini akan berakibat pada kesalahan dalam penentuan suatu species dan kategori tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai variasi yang terjadi pada populasi hewan sangat penting dalam taksonomi.

Secara garis besar, ada dua penyebab terjadinya variasi, yaitu faktor non genetik dan genetik. Variasi non genetik dapat terjadi karena adanya variasi umur, variasi musiman pada suatu individu, variasi musiman pada beberapa keturunan, variasi sosial, variasi habitat, variasi karena induksi kondisi iklim temporer, variasi yang ditentukan oleh inang, variasi tergantung kepadatan, variasi alometrik, variasi neurogenik, variasi traumatik dan variasi induksi parasit serta perubahan pasca kematian. Variasi genetik terjadi karena adanya seksual mdimorfisme seperti nperbedaan sek primer dan sek sekunder, gynadromorfi dan intersek, strain seksual dan uniparental serta variasi diskontinyu dan variasi kontinyu.


B. Tujuan


  1. Mengenali berbagai variasi (umur, seksual, musiman, polimorfisme, dsb) pada suatu populasi hewan.

  2. Menentukan spesies hewan berdasarkan berbagai variasi (umur, seksual, musiman, polimorfisme, dsb) yang terdapat pada suatu populasi hewan




II. TINJAUAN PUSTAKA

Kodok dan katak adalah hewan amphibi yang paling dikenal orang di Indonesia. Kedua macam hewan ini bentuknya mirip. Kodok bertubuh pendek, gempal atau kurus, berpunggung agak bungkuk, berkaki empat dan tak berekor. Kodok umumnya berkulit halus, lembab, dengan kaki belakang yang panjang. Sebaliknya katak atau bangkong berkulit kasar berbintil-bintil sampai berbingkul-bingkul, kerapkali kering dan kaki belakangnya sering pendek saja, sehingga kebanyakan kurang pandai melompat jauh. Namun kedua istilah ini sering pula dipertukarkan penggunaannya. Kodok dan katak mengawali hidupnya sebagai telur yang diletakkan induknya di air, di sarang busa atau di tempat-tempat basah lainnya. Telur-telur kodok dan katak menetas menjadi berudu atau kecebong, yang bertubuh mirip ikan gendut, bernafas dengan insang dan selama beberapa lama hidup di air. Perlahan-lahan akan tumbuh kaki belakang, yang kemudian diikuti dengan tumbuhnya kaki depan, menghilangnya ekor dan bergantinya insang dengan paru-paru. Setelah masanya, berudu ini akan melompat ke darat sebagai kodok atau katak kecil (Inger and Iskandar, 2005).

Katak merupakan hewan peralihan antara hewan air dan hewan darat. Oleh karena itu, awal dari kehidupannya dimulai di perairan kemudian pindah ke daratan. Habitat katak sangat bervariasi dari rawa sampai ke pegunungan. Kebanyakan hidup di daerah yang berhutan karena katak membutuhkan tempat yang lembab untuk melindungi diri dari kekeringan. Terdapat jenis katak yang sepanjang hidupnya selalu di air dan juga yang hidup di daratan serta di pohon yang tinggi. Katak yang hidup di luar air biasanya pada periode tertentu Akan berkunjung ke perairan untuk melakukan perkembangbiakan. Tingkatan taksonomi pada katak dapat dikertahiui dengan memperlihatkan karakter morfologinya sebagai acuan untuk identifikasi dan determinasi (Kurniati, 2003).

Kadal adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk kelompok reptil. Secara luas pengertian kadal atau kerabat juga mencakup kelompok cicak, tokek, bunglon, cicak terbang, biawak, iguana dan lain-lain. Sedangkan secara sempit, istilah kadal dalam bahasa Indonesia biasanya merujuk terbatas pada kelompok kadal yang umumnya bertubuh kecil, bersisik licin berkilau dan hidup di atas tanah (suku Scincidae, atau umumnya anggota infraordo Scincomorpha). Jadi, secara umum kadal ini mencakup jenis-jenis yang bertubuh kecil seperti kadal pasir Lygosoma, sampai ke biawak Komodo (Varanus komodoensis) yang bisa mencapai panjang lebih dari 3 m. Secara ilmiah, kelompok besar ini dikenal sebagai subordo atau anak bangsa Lacertilia, bagian dari bangsa hewan bersisik (Squamata). Anak bangsa Lacertilia pada umumnya memiliki empat kaki, lubang telinga luar, dan pelupuk mata yang dapat dibuka tutup. Meskipun demikian, sebagai kekecualian, ada pula anggota-anggotanya yang tidak memiliki sebagian ciri itu. Contohnya adalah ular kaca (glass snake atau glass lizard, suku Anguidae) yang tak berkaki (Djuhanda, 1982).

Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terestrial), sementara sebagiannya hidup menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang pohon (arboreal). Perananya sebagai predator penyergap, kebanyakan kadal aktif menjelajahi lingkungannya untuk memburu mangsa. Walaupun kebanyakan jenisnya adalah binatang pemangsa (predator), namun sesungguhnya makanan kadal sangat bervariasi. Mulai dari buah-buahan dan bahan nabati lain, serangga, amfibia, reptil yang lain, mamalia kecil, bangkai, bahkan kadal besar semacam biawak Komodo juga dapat memburu mamalia besar, hingga sebesar rusa atau babi hutan. Berbagai kadal yang bertubuh kecil memakan aneka serangga seperti nyamuk, lalat, ngengat dan kupu-kupu, berbagai tempayak serangga, cacing tanah, sampai kodok dan reptil yang lain yang berukuran lebih kecil. Kadal kebun (Mabuya multifasciata) terkadang memangsa kodok tegalan (Fejervarya limnocharis), bahkan suka memanjat tembok yang kasar untuk menangkap cecak kayu (Hemidactylus frenatus) yang terlengah (Zug, 1997).








III. MATERI DAN METODE


  1. Materi

Materi yang digunakan ialah katak (Rana cancrivora) dan kadal (Mabouya multifasciata), serak jawa ( Tyto alba). Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, jarum preparat, kaca pembesar, buku gambar, dan alat tulis.


  1. Metode

  1. Menggambar berudu, percil, dan katak dewasa, serta memberi keterangan tentang jenis variasi yang terjadi

  2. Membedah kadal jantan dan betina, kemudian menggambar perbedaan sek primernya.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar Kadal Gambar Katak



Gambar Serak jawa






B. Pembahasan

Katak dewasa apabila diamati dengan teliti, akan terlihat jelas adanya keragaman variasi atara spesies yang satu dengan yang lainnya kataki mempunyai badan yang lebar dilengkapi dengan dua pasang anggota gerak. Anggota gerak bagian depan lebih pendek dan kecil, serta mempunyai 4 jari, sedangkan bagian belakang jauh lebih besar dan panjang. Hal ini sesuai dengan fungsinya yaitu untuk melompat. Anggota gerak ini biasanya juga dilengkapi dengan selaput renang untuk memudahkan katak berenang (Mahardono, 1980).

Semua organ gerak pada katak diasosiasikan dengan pergerakan melompat. Kaki belakang yang panjang memberikan kekuatan untuk bergerak kedepan. Bentuk kaki belakang yang ada disesuaikan dengan proses pendaratan, dan panjang kaki belakang disesuaikan dengan lompatan katak. Katak secara reguler dapat melompat 2-10 kali panjang tubuhnya panjang badannya dan lompatannya bisa mencapai sebanyak 30-40 kali panjang tubuhnya. Panjang lompatan tergantung dari fisiologi dan morfologi suatu spesies serta kepentingan pergerakan. Beberapa spesies jarang melompat tapi berjalan seperti pada hewan vertebrata lainnya, dan spesies yang hidupnya di air, kaki belakngnya disesuaikan untuk berenang (Zug, 1997).

Metamorfosis pada Amphibi merupakan salah satu variasi yang ada pada spesies katak. Pengertian metamorfosis sendiri adalah perkembangan yang merubah secara keseluruhan bentuk, fisiologis maupun biokimiawi individu, sedangkan pada beberapa insekta, metamorfosis hanya bersifat melengkapi bentuk larva dengan perlengkapan-perlengkapan untuk menjadi bentuk dewasanya. Perubahan-perubahan metamorfik benar-benar merubah seluruh jaringan dan organ. Contoh hewan lain yang mengalami variasi seperti katak misalnya pada kupu-kupu (Lepidoptera) yang juga mengalami metamorfosis(Mahardono, 1980).

Selain katak populasi kadal juga memiliki banyak variansi. Kadal memiliki karakteristik yaitu badannya tertutup oleh squamae yang menanduk dan tidak berlendir. Kadal mempunyai dua pasang kaki dengan tiga digiti yang berfalculer. Kadal memiliki kulit yang kering, tertutup oleh sisik-sisik atau papan epidermal. Tubuh kadal berbentuk memanjang tertekan lateral. Kadal memiliki kaki yang biasanya digunakan untuk memanjat. Mandibula bersatu di bagian anterior, tulang pterigoid berkontak dengan tulang kuadrat. Kelopak mata dapat digerakkan, sabuk pektoral berkembang dengan baik. Tubuh kadal terdiri atas caput, cervix, truncus dan cauda. Caput berbentuk tegak piramidal, meruncing ke arah postral dan memipih dalam arah dorsoventral. Sisik pada daeah perut warnanya kekuning-kuningan, sisik pada daerah punggung berwarna antara kuning sampai coklat tua. Warna tubuh ini tergantung pada umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan dan keadaan fisiologis tubuhnya (Kurniati, 2003).

Selain karakter yang disebutkan di atas, sebagaimana umumnya reptil, kadal berdarah dingin dan mempunyai sisik-sisik yang beraneka bentuknya yang terbangun dari zat tanduk. Terdiri tak kurang dari 40 suku, kadal memiliki pola warna, bentuk dan ukuran yang sangat beragam. Sebagian jenis mempunyai sisik-sisik yang halus berkilau, terkesan licin atau seperti berminyak, walaupun sebenarnya sisik-sisik itu amat kering karena kadal tidak memiliki pori di kulitnya untuk mengeluarkan keringat atau minyak. Kebanyakan kadal bertelur (ovipar), meskipun ada pula yang melahirkan anak (vivipar). Juga, umumnya kadal dapat menumbuhkan kembali ekor atau bahkan tungkai yang terputus. Beberapa spesies kadal tak berkaki, seperti ular kaca misalnya, memiliki struktur gelangan bahu dan panggul dalam tubuhnya, meski tak ada tungkainya. Meski bentuknya mirip, kadal-kadal ini bisa dibedakan dari ular sejati karena memiliki pelupuk mata yang dapat digerakkan, lubang telinga luar, dan dapat memutuskan ekornya dalam keadaan bahaya; ciri-ciri yang tak dimiliki oleh ular (Kurniati, 2003).

Banyak jenis kadal yang merupakan pemanjat pohon yang baik atau pelari cepat. Beberapa di antaranya bahkan dapat berlari di atas dua kaki dengan amat cepatnya, seperti halnya kadal tercepat di dunia: iguana berekor duri dari marga Ctenosaura. Kadal-kadal tertentu, misalnya bunglon, dapat berganti warna sesuai kondisi lingkungan atau suasana hati. Meski kebanyakan hidup di daratan, umumnya kadal dapat berenang dengan baik. Beberapa jenisnya, seperti biawak, bahkan beradaptasi dengan baik di lingkungan perairan (Kurniati, 2003).

Variasi pada populasi hewan kadal dapat terjadi karena adanya seksual dimorfisme seperti perbedaan sek primer dan sek sekunder yang dimilikinya. Ciri sek primer sendiri adalah merupakan organ yang berhubungan langsung dengan reproduksi yaitu testis dan salurannya pada kadal jantan dan ovarium dan salurannya pada kadal betina. Sedangkan sek sekunder berguna untuk membedakan jenis kadal berdasarkan tanda-tanda dari luar tubuh kadal, ciri sek sekunder terdiri dari dua jenis :1. Yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan reproduksi secara keseluruhan, misalnya bentuk morfologi dari organ reprodusinya yaitu testis lebih kecil di bandingkan ovarium. 2. Yang merupakan alat bantu/organ tambahan waktu reproduksi misalnya organ Gonopodium pada ikan seribu, Myxopterygium (clasper) merupakan modifikasi sirip perut pada ikan dan Ovipositor berfungsi sebagai alat penyalur telur ke bivalvia dari ikan Rhodes amarus dan Careoroctus betina. Contoh hewan lain yang memiliki variasi sek primer dan sek sekunder adalah ikan (Zug, 1997).

Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil. Kebanyakan jenis burung hantu berburu di malam hari, meski sebagiannya berburu ketika hari remang-remang di waktu subuh dan sore (krepuskular) dan ada pula beberapa yang berburu di siang hari. Mata yang menghadap ke depan, memungkinkan mengukur jarak dengan tepat, paruh yang kuat dan tajam, kaki yang cekatan dan mampu mencengkeram dengan kuat dan kemampuan terbang tanpa berisik, merupakan modal dasar bagi kemampuan berburu dalam gelapnya malam. Beberapa jenis bahkan dapat memperkirakan jarak dan posisi mangsa dalam kegelapan total, hanya berdasarkan indera pendengaran dibantu oleh bulu-bulu wajahnya untuk mengarahkan suara. Burung hantu berburu aneka binatang seperti serangga, kodok, tikus dan lain-lain.

Burung hantu Tyto alba termasuk burung buas (carnivora) salah satu species burung hantu familia Tytonidae yang ada di Indonesia yang paling menguntungkan untuk dikembangkan terutama jenis tersebut lebih efektif untuk pengendalian hama tikus jika dibandingkan dengan jenis lainnya. Tyto alba mempunyai ciri-ciri yaitu susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang, warna bulu sayap atas dan punggung abu-abu agak kuning, sayap bawah dan dada sampai perut berwarna putih berbintik hitam. Tyto alba betina, bulu leher depan berwarna kuning berbintik hitam sedang jantan putih berbintik hitam. Bola mata hitam tajam keduanya menghadap ke depan dan di bawahnya terdapat paruh yang ujungnya bengkok ke bawah tajam kokoh. Kaki berbulu, dengan 4 jari yang berkuku tajam. Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya. Bobot Tyto alba dewasa 450-600 gram, tinggi badan 23-30 cm. Tyto alba betina lebih berat dari yang jantan.


Menurut Radiopoetro (1986), klasifikasi kadal adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Reptilia

Ordo : Squamata

Subordo : Scincidae

Genus : Mabouya

Species :Mabouya multifasciata

Menurut Radiopoetro (1986), klasifikasi katak adalah sebagai berikut :

Phylum : Chordata

Sub Phylum : Vertebrata

Class : Amphibia

Ordo : Anura

Famili : Ranidae

Genus : Rana

Species :Rana cancrivora


Klasifikasi Burung Hantu menurut Bachynski dan Harris (2002) :

Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Strigiformes
Famili : Tytonidae
Spesies : Tyto alba



V. KESIMPULAN


    1. Katak (Rana cancrivora) memiliki variasi umur, yaitu dengan adanya metamorfosis pada katak. Pengertian metamorfosis sendiri adalah perkembangan yang merubah secara keseluruhan bentuk, fisiologis maupun biokimiawi individu.

    2. Variasi pada populasi hewan kadal dapat terjadi karena adanya seksual dimorfisme seperti perbedaan sek primer dan sek sekunder yang dimilikinya.


DAFTAR REFERENSI

Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico, Bandung

Inger, R.F. and Iskandar, J. T. 2005. A Collection of Amphibians From West Sumatra With Description of A New Species of Megrophys (Amphibia:Anura). The Raffles Bulletin Zoology. 53(1)133-142.

Kurniati, H. 2003. Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun Nation Park West Java Indonesia (Frogs, Lizards and Snakes). An Illustrated Guide Bokk. Researc Center For Biology-LIPI, Bogor.

Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. PT Intermasa, Jakarta

Radiopoetro. 1986. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Zug, G. R. 1997. Herpetology : An Introduction Biology of Amphibian and Reptiles. Academic press, Inc., New York.






1 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalamu'alaykum
Maaf sebelumnya..
Sy mw brtanya, apa betul kodok umumnya bertubuh halus?
Knapa dr referensi yg prnah sy bca, kebanyakan yg bilang kebalikan dr yg diatas, katak y brkulit halus, bukan kodok,,malah kodok yg brkulit kasar dan berbintil-bintil?
Tlng penjelasannya yg lengkap..klo bsa lngsung kirim k alamat emailq sja
Terima kasih sblumnya
Wa'alaykumussalaam..