Jumat, 02 Januari 2009

PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA YANG HIDUP DI DARAT

  1. PENDAHULUAN

A. Dasar Teori

Hewan avertebrata metazoa tingkat tinggi yang hidup di darat dapat tersusun dari beberapa kelompok misalnya phyla Mollusca, Annelida dan Arthropoda banyak dijumpai memiliki aktivitas di daratan. Achatina fulica dan Felicaulis sp. Merupakan contoh Mollusca yang hidup di darat. Beragam spesies cacing tanah dari genus Lumbricus dan Pheretima tersebar cukup luas di daratan.

Phylum Arthropoda yang memiliki anggota terbanyak nomor satu di dunia membewrikan kontribusi terhadap pemahaman hewan avertebrata yang hidup di darat. Scalopendra, julus, Heterometrus dan Valanga merupakan genus yang umum dikenal oleh masyarakat pedesaan. Beragam anggota Orthoptera (jangkrik, kecoa, belalang), Coleoptera (kumbang, dsb), Odonata (capung, dsb), Isoptera (rayap, dsb), Lepidoptera (kupu-kupu) dan Diptera (nyamuk, lalat, dsb).


B. Tujuan


  1. Mengenali ciri ciri yang tampak pada tubuh hewan avertebrata darat

  2. Mengenali ciri ciri tempat hidup hewan avertebrata darat



















II. TINJAUAN PUSTAKA

Class Gastropoda biasanya disebut keong atau siput. Bentuk cangkang keong pada umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde (gelung, whorl). Puncak kerucut merupakan bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut disebut columella. Gelung terbesar disebut body whorl dan gelung-gelung di atasnya disebut spire (ulir). Alat indera pada keong meliputi mata, tentakel, osphradia dan statocyt. Mata sederhana atau kompleks, biasanya terletak di pangkal tentakel yang berfungsi untuk mendeteksi perubahan intensitas cahaya. Tentakel sepasang atau dua pasang, selain mata terdapat sel peraba dan chemoreceptor (Howells, 2005).

Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh dari infraordo Brachyura, yang biasanya mempunyai "ekor" yang sangat pendek atau yang perutnya sama sekali tersembunyi di bawah thorax. Kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Misalnya Scylla serata (kepiting bakau) memiliki tubuh yang lebar dan melintang. Umumnya Scylla serata memiliki bagian yang tidak berbeda dengan udang, tapi pada Scylla serata bagian abdomennya tidak terlihat karena melipat ke dadanya. Kaki renangnya sudah tidak berfungsi sebagai alat renang lagi. Telson dan uropod tidak ada. Karapaks menyatu dengan epistome, kaki jalan yang pertama menjadi capit yang kuat, kaki ketiga tidak pernah bercapit, sedangkan bentuk abdomen betina melebar dan setengah lonjong. Scylla serata jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat bentuk abdomennya. Bentuk abdomen jantan lebih sempit dan meruncing kedepan, sedangkan bentuk abdomen betina melebar dan setengah lonjong. Scylla serata biasanya hidup dalam lubang-lubang atau terdapat di pantai-pantai yang ditumbuhi bakau. Warnanya hijau kotor (Suwignyo, et al., 2005).






III. MATERI DAN METODE


  1. Materi


Materi yang diamati ialah hewan avertebrata seperti yuyu atau kepiting dan bekicot.Sedangkan alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, jarum preparat, kaca pembesar, mikroskop, buku gambar, dan alat tulis.


  1. Metode


  1. Tiap kelompok mahasiswa mempersiapkan preparat yang akan diamati yaitu yuyu dan bekicot

  2. Tiap mahasiswa mengenali dan mencatat tempat hidup hewan avertebrata darat yang diperoleh

  3. Tiap mahasiswa mengenali dan menggambar hewan avertebrata tersebut berdasarkan ciri ciri morfologi yang dimiliki













IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    1. Hasil

Gambar Kepiting (yuyu) Gambar Bekicot











    1. Pembahasan

Kepiting merupakan salah satu hewan air yang banyak dijumpai di Indonesia dan merupakan hewan anthropoda yang terbagi menjadi 4 famili yaitu Potunidae (kepiting perenang), Xanthidae (kepiting lumpur), Cancridae (kepiting cancer), dan Potamonidae (kepiting air tawar). Jenis yang paling popular sebagai bahan makanan adalah Scylla serrata ukuran lebih dari 20 cm, yang lain adalah Portunus pelagicus yang disebut rajungan. Kepiting dapat dikenal melalui bentuk tubuhnya yang melebar melintang. Ciri khas yang dimiliki adalah karapaksnya berbentuk pipih atau agak cembung dan heksagonal atau agak persegi. Ujung pasangan kaki agak pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung saat berenang (Afrianto dan Liviawaty, 1992). Kepiting mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata dan bagian depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih (phyllobranchiate), mirip dengan insang udang, namun dengan struktur yang berbeda.

Dahi kepiting di bagian antara kedua matanya terdiri dari empat buah gigi tumpul. Tepi anterolateral terdapat sembilan buah gigi runcing, di tepi anterior karapaks dilengkapi tangkai. Bila ada gangguan dari luar, sebagai pelindung matanya. Diantara kedua mata terdapat mulut. Merus terdapat tiga buah duri kokoh, satu buah di anteriol dan dua buah pada tepi posteriol. Carpus terdapat sebuah duri kokoh sebelah dalam dan sudut bagian luar bulat dilengkapi satu atau dua buah duri kecil (Soim, 1994). Kepiting memiliki 5 pasang kaki jalan. Pasangan kaki mempunyai capit dan kaki V pipih seperti dayung. Capit kepiting tidak kasar sedangkan rajungan kasar. Bentuk tubuh kepiting lebih bulat, ukuran tubuhnya mempunyai panjang 2/3 dari lebar panjangnya. Warna karapaks kepiting kehijauan. Karapaks kepiting permukaannya licin. Kepiting mempunyai dahi lebar dan bergigi 4 hampir sama dan pada anterolateral 9 buah gigi runcing yang ukurannya hampir sama.

Kepiting jantan dan kepiting betina dapat dibedakan. Kepiting jantan, tempat organ kelamin menempel pada bagian perutnya berbentuk segitiga dan agak meruncing sedangkan pada kepiting betina cenderung membulat dan agak tumpul (Afrianto dan Liviawaty, 1992). Ruas-ruas abdomen pada jantan sempit sedangkan pada kepiting betina lebih besar demikian juga dari capit, capit pada jantan dewasa lebih panjang dari capit betina.

Pereiopod I (kepiting) besar dan panjang, sedangkan pada yang betina mempunyai ciri-ciri berwarna dasar kehijauan dan bercak putih kotor, pada abdomen operkulum agak membulat dan memiliki 4 pasang pleopod. Pereiopod ke I ada capitnya, agak kecil dan langsing. Kepiting dan rajungan mempunyai daur hidup yang sama. Kepiting dapat bertahan hidup 3-4 tahun. Pada umur 12-14 bulan, kepiting sudah dianggap dewasa dan dapat dipijahkan. Telur kepiting yang sudah dibuahi akan menetas menjadi zoea dan zoea akan tumbuh berkembang menjadi megalops kemudian menjadi rajungan muda dan kepiting dewasa. Selama pertumbuhan, kepiting akan mengalami beberapa ganti kulit karena rangka luar yang membungkus tubuhnya tidak dapat membesar sehingga perlu dibuang dan diganti dengan rangka luar yang baru yang lebih besar. Untuk menjadi dewasa zoea butuh waktu 20 kali ganti kulit (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

Gastropoda adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Misalnya, Bekicot (Achatina fulica) hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya. Gastropoda bergerak lambat menggunakan kakinya. Johnson (2003) menambahkan bahwa Gastropoda darat terdiri dari sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau.Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel. Bagian-bagian morfologi gastropoda dapat meliputi tentakel dorsal, mata, kepala, tentakel, kaki perut, sutura, apex dan ada yang mempunyai garis pertumbuhan pada cangkangnya (Berthold, 1991).


Gambar Kepiting (yuyu) Gambar Bekicot


Menurut Jasin (1989), klasifikasi Kepiting adalah sebagai berikut :

Phylum : Arthropoda

Sub Phylum : Crustacea

Class : Malacostaca

Ordo : Decapoda

Famili : Callinidae

Genus : Parathelpusa

Species : Parathelpusa sp

Menurut Jasin (1989), klasifikasi Bekicot adalah sebagai berikut :

Phylum : Mollusca

Class : Gastropoda

Ordo : Pulmonata

Subordo : Stylommotophora

Famili : Achatinidae

Genus : Achatina

Species : Achatina fulica











V. KESIMPULAN


    1. Yuyu atau kepiting dapat dikenal melalui bentuk tubuhnya yang melebar melintang. Ciri khas yang dimiliki adalah karapaksnya berbentuk pipih atau agak cembung dan heksagonal atau agak persegi. Ujung pasangan kaki agak pipih dan berfungsi sebagai alat pendayung saat berenang.

    2. Bekicot (Achatina fulica) memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventral tubuhnya, serta bergerak lambat menggunakan kakinya. Bagian-bagian morfologi bekicot meliputi tentakel dorsal, mata, kepala, tentakel, kaki perut, sutura, apex dan ada yang mempunyai garis pertumbuhan pada cangkangnya.














DAFTAR REFERENSI

Afrianto, E. dan E. Liviawaty, 1992. Pemeliharaan Kepiting, Kanisius, Yogyakarta

Berthold, T. 1991. Vergleichende anatomie, phylogenie and historische biogeography der Ampullariidae (Mollusca: Gastropoda). Abhand Naturwiss Vereins Hambrug (NF), 29: 1-256.

Howells, R. 2005. Invasive Applesnail In Texas: Status of these Harmful Snails through Spring 2005. Texas Parks and Wildlife Department, Texas.

Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya, Surabaya.

Johnson, P. D. 2003. Sustaining America’s Aquatic Biodiversity Freshwater Snail Biodiversity and Conservation. Virginia State University, Virginia.

Soim, A. 1997. Pembesaran Kepiting. Penebar Swadaya, Jakarta

Suwignyo, S., Bambang, W., Yusli, W. Dan Majariana, K. 2005. Avertebrata Air I. Penebar Swadaya, Jakarta.










Tidak ada komentar: